:::: MENU ::::

Rabu, 25 September 2013

Masyarakat modern terbiasa menggunakan obat-obatan kimia untuk mengatasi penyakit. Sedikit-sedikit minum obat, demikian kebiasaan masayarakat modern yang bermaksud ingin sehat dan sembuh dari penyakit. Salahkah tindakan ini? Sulit mengatakan salah atau benar, yang pasti penggunaan obat-obatan untuk tidak selalu merupakan tindakan bijaksana yang menguntungkan bagi tubuh kita.

Konsumsi obat kimia memang dianjurkan untuk menyembuhkan penyakit, namun salah mengkonsumsi obat justru membuat tubuh menjadi sakit. Kebiasaan mengkonsumsi obat kimia sama saja dengan menumpuk sejumlah racun ke dalam tubuh kita. Megapa demikian? Bukankah obat yang kita konsumsi obat yang aman? Memang benar anda mengkonsumsi obat yang aman menurut standar farmasi, namun ketahuilah bahwa standar keamanan bagi tubuh sama sekali berbeda dengan standar yang disebutkan oleh peneliti di laboraturium.

Seaman apapun, obat bukanlah makanan yang aman kita konsumsi. Obat tetaplah obat. Meskipun zat-zat yang dikandung jelas, bukan berarti zat tersebut dapat direspons tubuh dengan baik layaknya makanan yang kita konsumsi. Tak jarang zat yang terkandung di dalam obat adalah racun. Racun tersebut digunakan untuk melawan penyakit yang menyerang tubuh kita, namun di sisi lain juga meracuni sel tubuh kita. Sangat tidak seimbang, bukan? Kita berharap dapat sembuh karena mengkonsumsi obat, namun sel tubuh kita juga dapat “sakit” karena kita mengkonsumsi obat.

Manusia ditakdirkan untuk dapat menyembuhkan dirinya sendiri. Demikian para ahli bijak mengemukakan pendapatnya. Benar sekali pendapat tersebut. Kita dianugrahi kemampuan untuk melawan kuman, menangkis alergen, serta menetralisir radikal bebas yang menyerang tubuh kita. Karena itu, sangatlah tidak bijaksana jika kita berusaha melawan kodrat tersebut dengan menambah racun baru berupa obat-obatan.

Apa pun namanya zatnya dan bagaimanapun cara kerjanya, semua obat dikondisikan agar tubuh dapat bekerja selaras dengan zat yang terkandung di dalam obat tersebut. Dalam hal ini, kinerja alami tubuh yang saat itu dikondisikan untuk sehat dengan mengikuti kinerja zat aktif dari suatu obat. Sungguh malang tubuh kita jika harus mengikuti aturan tersebut.

Jika digunakan dengan wajar, obat-obatan tidak memberi reaksi buruk terhadap tubuh, namun jika terlalu banyak atau terlalu sering kita konsumsi tentu saja reaksi yang ditimbulkannya jadi berbeda. Minum obat bisa jadi bukan membuat tubuh menjadi sehat, namun sebaliknya justru membuat kita sakit.

Tekanan yang diberikan oleh residu obat tidak dapat kita anggap sebagai hal biasa. Sedikit atau banyak, residu zat yang mengendap di dalam tubuh tetap merupakan benda yang perlu diwaspadai sebagai pencetus radikal bebas. Kita semua tahu bahwa reaksi oksidasi selalu terjadi di dalam tubuh kita karena itu bukan tidak mungkin jika suatu saat timbunan residu tersebut kemuadian berubah menjadi suatu radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh kita.

Rentetan peristiwa yang ditimbulkan oleh obat-obatan bermacam-macam. Semuanya diawali dengan perubahan keseimbangan tubuh menjadi kekacauan. Perdagangan dan stress oksidatif ibarat proses pengaratan tubuh menuju kerusakan.Semua itu menyisakan radikal bebas yang membebani kinerja tubuh.

Tubuh kita memang diciptakan untuk mencapai keseimbangan. Saat paparan radikal bebas mulai mengganggu kehidupan sel, maka tubuh akan melawannya dengan antioksidan yang dimilikinya. Namun, anda tahu kemampuan tersebut ada batasnya. Oleh sebab itu, kita harus berusaha untuk tidak lagi menumpuk radikal bebas baru ke dalam tubuh kita. Salah satunya dengan mengurangi konsumsi obat-obatan yang tidak perlu. Mengkonsumsi obat-obatan seminimal mungkin adalah teladan yang baik bagi anda yang tidak ingin menumpuk toksin di dalam tubuh anda.

Sumber : The Healing Poer of Antioxidant, oleh Lanny Lingga,Ph.D
Categories: