:::: MENU ::::

Kamis, 15 Agustus 2013

Tanaman Bintaro (Cerbera manghas) sering juga disebut dengan Kayu Gurita, Babuto, Buta Badak, dan mangga Laut. Orang Barat mengenal tanaman ini dengan nama Sea Mango. Tanaman ini tumbuh, berkembang, dan tersebar luas di kawasan tropis, Asia, Australia, Madagaskar,dan kepulauan sebelah barat Samudra pasiik., termasuk Indonesia.

Habitat asli tanaman yang sering dipakai untuk penghijauan ini adalah di daeah pantai dan hutan mangrove (bakau). Rata-rata tinggi batang buah bintaro antara 4 meter sampai 6 meter, tetapi ada juga yang bisa mencapai 12 meter. Bentuk daunnya memanjang, simetris, dan berwarna hijau tua. Pada bagian bunganya terdaat mahkota berbentuk terompet yang pangkalnya berwarna merah muda, sekilas mirip bunga kamboja. Bunga ini juga menimbulkan aroma yang wangi. Buah bintaro ketika masih muda warnanya hijau, berbentuk bulat telur, mengkilap dan ketika matang, warnanya berubah menjadi merah cerah.

Sebuah tim riset dari Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor (Faperta IPB) menyimpulkan bahwa buah bintaro terdiri atas 8% biji dan 92% daging buah. Bijinya sendiri terbagi dalam cangkang 14% dan daging biji 86%. Terdapat kandungan minyak antara 35-50% dalam bijinya dan akan bertambah banyak dalam kondisi kering. Kadar minyaknya ternyata melebihi biji jarak. Jenis minyak yang dihasilkan diantaranya asam linoleat (16,7%), asam oleat (54,3%), asam stearat (6,9%),  dan asam palmitat (22,1%).

Tidak sulit untuk mengolah buah bintaro menjadi minyak. Hanya dengan beberapa langkah, kiat sendiri bisa membuatnya. Caranya adalah dengan mengupas beberapa buah bintaro, ambil bijinya, kemudian jemur diterik matahari. Setelah kering, tumbuk bijinya sampai halus, lalu peras sampai keluar minyak. Saring hasil perasan tersebut agar minyaknya bersih dan terpisah dari kotorannya. Simpan minyak tersebut sekitar 1-2 malam, kemudian minyak siap untuk digunakan sebagai bahan bakar.

Sekarang tanaman bintaro banyak ditanam untuk penghijauan, karena mampu menyerap karbondioksida (CO2) dengan baik. Tetapi penanaman pohon bintaro sebagai peneduh kota seperti kota Jakarta dan Bandung seharusnya dipertimbangkan kembali, mengingat banyak masyarakat umum yang tidak mengetahui adanya bahaya racun yang terkandung pada getah bunga dan buahnya. Hal ini diperkuat dengan pernyataan staf pengajar Fakultas Biologi Universitas Padjajaran, Prof Aseng Ramlan mengatakan bahwa pohon bintaro mengandung racun yang sangat berbahaya. Jika getah yang terkandung didalamnya mengenai luka tubuh manusia akan menyebabkan kelumpuhan.

Racun yang terdapat pada daun, batang, dan biji bintaro disebut “cerberin” yaitu suatu glikosida yang bisa menggangu saluran ion kalsium dalam otot jantung manusia, sehingga membuat detak jantung tidak stabil yang berujung dengan kematian. Dahulu, racun bintaro sering digunakan orang untuk bunuh diri atau membunuh orang. Selain itu, getahnya dipakai sebagai racun untuk membunuh hewan yaitu dengan mengoleskannya pada ujung anak panah.

Jika anda suka kamping dan bermaksud membuat api unggun, maka jangan coba-coba memakai kayu bintaro!!! Karena dapat menyebabkan keracunan. Oleh sebab itu, anda harus cermat dalam memanfaatkan tumbuhan yang satu ini.