:::: MENU ::::

Jumat, 02 Agustus 2013

Siapa saja yang memperhatikan cara tidur dan aktivitas Rasulullah SAW pasti akan mendapatkannya sebagai cara tidur terbaik dan paling bermanfaat untuk tubuh, untuk seluruh organ badan dan stamina. Beliau tidur di awal malam dan bangun pada pertengahan malam kedua. Beliau bangun dan bersiwak, lalu berwudhu dan shalat sampai batas waktu yang dijinkan oleh Allah SWT. Tubuh berikut organ-organnya dan energi tubuh mendapatkan hak yang pantas untuk tidur dan beristirahat, namun juga cukup berolahraga, disamping penuh dengan pahala. Itu adalah cara paling maslahat bagi hati dan tubuh manusia di dunia dan di akhirat.
Beliau tidak pernah tidur melebihi kebutuhan, namun juga tidak menahan diri dari tidur secukupnya. Beliau melakukannya dengan cara terbaik. Tidur pada saat diperlukan dengan memiringkan tubuh ke arah kanan, sambil berdzikir kepada Allah SWT hingga matanya terasa berat, tidak dalam keadaan kekenyangan karena makan dan minum, dan tidak langsung bersentuhan dengan tanah dan tidak berbaring diatas kasur yang terlalu tebal. Beliau memiliki kasur kulit berisi sabut. Beliau juga membaringkan kepalanya diatas bantal. Terkadang beliau meletakkan tangannya di bawah pipinya.

Disini kami akan membuat pasal yang membahas tentang tidur yang bermanfaat dan berbahaya.
Tidur artinya keadaan tubuh yang diikuti aliran panas dan energi yang masuk ke dalam tubuh untuk beristirahat. Tidur ada dua macam, tidur yang alami dan yang tidak alami.
Tidur yang alami adalah saat energi jiwa mencegah segala bentuk aktivitas tubuh, yakni energi indra dan gerakan hati. Kalau energi tersebut sudah menahan gerakan tubuh, saat itulah tubuh menjadi lemah lunglai. Segala bentuk kelembaban dan uap tubuh yang ada pada saat tubuh sedang beraktivitas seluruhnya bercerai-berai mengikuti aktivitasnya, namun saat tidur seluruhnya berkumpul di otak yang merupakan sumber energi, lalu bersembunyi dalam otak dan melemah. Itulah tidur yang alami.
Adapun tidur yang tidak alami adalah yang tidak dialami seseorang karena sakit atau karena suatu kondisi tertentu. Yakni saat kelembaban menguasai otak sedemikian rupa sehingga tidak mampu terjaga atau sadar, atau karena unsue kelembaban dan uap memuncak-seperti saat kekenyangan atau kembung karena banyak minum-sehingga otak menjadi lemah dan berhenti beraktivitas. Saat itu energi menjadi tersembunyi dan energi jiwa juga berhenti beraktivitas. Terjadilah tidur.
Tidur yang paling efisien adalah berbaring ke sebelah kanan agar makanan bisa berada pada posisi yang pas dalam lambung, mengendap secara proporsional.
Tidur yang terburuk adalah terlentang, namun tiduran terlentang tidak menjadi masalah bila sekedar untuk beristirahat sejenak, bukan untuk tidur.
Lebih buruk lagi tidur terlungkup.
Tidur yang standar memberi kesempatan kepada energi alami melakukan aktivitasnya, menentramkan jiwa, memperbanyak sel-sel tubuh, hingga bisa jadi seseorang tertidur demikian nyenyaknya sehingga tidak memberi kesempatan ruh jahat untuk memasukinya.
Diriwayatkan dari Al-Barra bin Azib bahwa Rasulullah SAW bersabda :

“Kalau engkau menuju pembaringan, hendaknya engkau berwudhu seperti wudhu hendak shalat, kemudian berbaringlah ke sebelah kanan, lalu ucapkan : ‘Ya Allah, sesungguhnya aku berserah diri kepada-Mu, mengarahkan wajahku kepada-Mu, menyerahkan urusanku kepada-Mu, menyandarkan punggungku kepada-Mu, karena rasa berharap dan cemas kepada-Mu, tidak ada tempat berlindung dan mencari keselamatan melaikan kepada-Mu. Aku beriman kepada kitab-Mu yang Engkau turunkan, Nabi yang Engkau utus.’ Jadikanlah semua doa itu sebagai akhir ucapanmu. Kalau di malam itu engkau meninggal dunia, engkau meninggal diatas fitrah.” (HR. Bukhari)

Karena orang yang tidur tidak ubahnya seperti orang yang meninggal dunia, sebab tidur adalah saudara kembar kematian, maka mustahil bagi Allah SWT untuk tidur. Oleh karena itu pula para penghuni jannah tidak tidur di dalam surga. Karena orang yang tidur membutuhkan orang yag menjaga dan memelihara dirinya dari segala bencana yang bisa menimpanya. Menjaga badannya dari segala bentuk keburukan yang mungkin mengenainya. Allah SWT sebagai Rabb dan penciptanya, tentu akan selalau mengurusi kebutuhannya. Oleh sebab itu Rasulullah SAW mengajarkan orang yang hendak tidur untuk mengucapkan beberapa kalimat yang menunjukkan penyerahan diri, permintaan perlindungan diri, rasa berharap dan cemas kepada Allah SWT, yakni demi mendapatkan penjagaan optimal dari Allah SWT dan pemeliharaan terhadap jiwa dan raganya.

Sumber: Ibnu Qayim Al-Jauziyah

[Sehat dengan Metode Pengobatan Nabi SAW]
Categories: